id="fb-root"> expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Translate

Laman

Kamis, 14 Maret 2024

“Perbaikilah Gereja-Ku”: Bukan Sekadar Renovasi!


    Suatu ketika, di Gereja San Damiano, Santo Fransiskus dari Assisi mendengar suara dari Salib "perbaikilah Gereja-Ku!". Fransiskus spontan melakukan aksi “penggalangan dana” untuk merenovasi Gereja itu, caranya: menjual kain bapaknya!

    Ternyata oh ternyata yang dimaksud Yesus bukan perbaikan semacam itu. Maksud-Nya adalah memperbaiki diri dan Gereja yang saat itu sedang dalam krisis moral dan spiritual, ketika para pengikut Kristus termasuk para klerus dan petinggi Gereja tidak hidup sebagaimana mereka seharusnya. Sepertinya panggilan serupa juga bergema bagi kita di zaman ini.

Sabtu, 16 April 2022

Lihatlah Tuhan Mendatangi Kita!

 


     Pada Hari Sabtu Suci Gereja memperingati Kristus yang turun ke tempat penantian, membuka pintu surga bagi para leluhur kita,  mereka yang telah lama menanti-nantikan Tuhan. Mereka menanti saatnya mereka dapat memandang Allah, menanti saat dapat bersatu dengan Sang Kekasih yang selama ini dipisahkan dosa dan maut. Tetapi hari ini, lihatlah, Ia datang! Sang Kekasih datang menghampiri kita! (Kid 2:8). 

Kamis, 14 April 2022

Hai Gereja Buka Pintumu!


"Marilah kepada-Ku kamu semua yang letih, lesu, dan berbeban berat..."

*khusus mereka yang telah divaksin lengkap, tidak berusia di atas 60 tahun, 

dan sudah mendaftarkan diri.... 


     Kali ini, izinkanlah aku sedikit berkeluh kesah dan memberikan kritik terkait beberapa kebijakan yang menurutku "tidak terlalu bijak", salah satu yang utama: penutupan Gereja di masa pandemi. Bukan maksudku tidak mengacuhkan pandemi yang sedang terjadi, meremehkannya, apalagi tidak bersimpati dengan para korban, aku hanya berpendapat bahwa pilihan untuk menutup Gereja hingga membatasi umat untuk merayakan Misa bukanlah pilihan terbaik yang bebas masalah, apalagi opsi yang pantas untuk dipertahankan.

Rabu, 15 Desember 2021

"TILIK" dari Kacamata Filsafat Analitik

 

"Duh, nek ngomong iku mbok yo sing verifikatif ngono loh"

(Bu Tedjo, bila menjadi anggota Lingkaran Wina)

 

     Film TILIK, yang sempat gempar di jagat maya Indonesia merupakan karya produsen film asal Yogyakarta, Ravacana Films. Film pendek ini menceritakan tentang sekelompok ibu-ibu yang di tengah perjalanan "menilik" bu lurah yang sedang sakit di kota, menghabiskan perjalanan itu dengan bincang-bincang "panas" terkait seorang putri bernama Dian. Bincang-bincang yang dikenal dengan sebutan gossip itu ternyata menampilkan bagaimana proses seseorang membangun argumen dan mengkritisinya. Secara tidak langsung, film ini mengandung unsur-unsur yang dibahas dalam perdebatan filsafat analitik yang fokus utamanya adalah bagaimana menganalisa realitas yang digambarkan lewat bahasa. Oleh karena itu, mengapa tidak mengkaji film ini dari kaca mata para filsuf analitik?

 

Selasa, 28 September 2021

Absurditas Penderitaan

 

     Hari-hari belakangan ini pikiranku sedang dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang penderitaan. Mengapakah harus menderita? Apakah maknanya? Dapatkah kita melepaskan diri darinya atau mungkin haruskah? Maka, aku ingin menumpahkan semua itu dalam tulisan ini sambil berusaha untuk terus mencari sekaligus berbagi penderitaan dengan kalian.

Jumat, 27 Agustus 2021

Paid Promote dan Twibbon: Penjajahan Gaya Baru

 

     Belakangan ini ada dua fenomena di media sosial yang menggelitik akal budiku, yaitu: paid promote dan twibbon. Banyak akun, khususnya setelah pemiliknya masuk di bangku kuliah, isinya mulai berubah dari foto-foto estetik dan caption "bijak" digantikan twibbon kampus, kegiatan, hingga hari-hari besar, bahkan ada yang akunnya sudah tak jauh beda dengan toko online yang mempromosikan dagangan makanan, jual followers, hingga hal-hal koplak seperti foto aib untuk merayakan ulang tahun kawan, ramal kartu tarot, dan obat kuat. Maka, hari ini aku ingin meluapkan sedikit pemikiranku untuk menanggapi fenomena ini.

Jumat, 16 Juli 2021

Semesta dan Kebebasan Manusia

(Sumber Gambar)

"Artikel ini diunggah atas izin Sang Pencipta Semesta dan kebebasan penulis."

     "Semesta tidak mendukung","semesta menangis","semesta tertawa" akhir-akhir ini kita sering kan membaca atau mendengar kata-kata ini? Entah awalnya dari mana, entah dengan maksud apa, yang jelas ini menggelitik rasa penasaranku akan "kuasa semesta" ini. Apakah "semesta" sungguh berkuasa mutlak akan nasib manusia? Apakah kebebasan manusia hanya ilusi? Aku akan membagikan sedikit pandanganku dengan tulisan ini.

Kamis, 08 April 2021

Di Balik Si "Pemersatu Bangsa"

C.S. Fritz - https://dribbble.com/shots/8505471-Pornography

     Pornografi di abad 21 sepertinya bukan lagi hal yang tabu, setidaknya tidak se-tabu zaman-zaman sebelumnya. Semakin hari perbincangan dan hiburan berbau pornografi semakin sering ditemukan baik di dunia maya maupun di kehidupan sehari-hari. Pornografi bahkan mendapat gelar kehormatan sebagai "pemersatu bangsa" seakan semua kaum dan bangsa dari segala latar belakang mampu dipersatukan oleh konten proses perkembangbiakan manusia ini. Lantas benarkah sang "pemersatu bangsa" ini hal yang normal bahkan baik untuk manusia dan masyarakat? Ataukah justru ia musuh dalam selimut yang tanpa disadari menghancurkan manusia?

Sabtu, 27 Maret 2021

Hidup Telah Dinyatakan!

The Annunciation - Fra Angelico

     Dulu, ada masa saat kehadiran seorang anak dalam keluarga disambut dengan sukacita. Dalam tradisi manusia, ada jutaan cara merayakannya. Bagaimana manusia bersyukur atas kehadiran insan baru yang ada di rahim ibu, bagaimana menjaga tumbuh kembangnya hingga akhirnya dilahirkan dan melihat dunia. Sayang, agaknya zaman mulai berubah. Kehadiran insan baru tak lagi disambut bahagia, bahkan disesalkan keberadaannya. Insan itu seakan diragukan keinsanannya, layak dimusnahkan untuk kebaikan bersama katanya. Lantas, benarkah kehadiran seorang anak tak lagi bermakna? Benarkah hidup manusia tak lebih dari sekadar beban dan masalah belaka?

Rabu, 03 Maret 2021

Kejijikanku pada Blog Ini

     Aku mengawali Blog ini pada tahun 2013 tepatnya pada bulan November dengan postingan pertama "Cara Menghadapi Musim Hujan dengan Baik dan Benar" dengan kalimat pertama, "Hey guy's!ini adalah postingan pertama gue." yang mana kalau mau dikritik dari berbagai disiplin ilmu hingga omongan tetangga, kalimat ini "menjijikkan". Lebih parahnya, kalimat semacam itu menghiasi ratusan postingan berikutnya di blog ini dan jujur saja ketika aku membaca blogku ini aku jadi "jijik". Meski demikian, aku menyadari bahwa yang menulis itu bukanlah aku yang sekarang, yang tahu aturan berbahasa dan "tata krama" bermedia, melainkan anak 12 tahun yang masih duduk di bangku SD yang sedang coba-coba menulis blog tentang apapun yang ada di kepalanya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...